LAPORAN PRAKTIKUM 2
EKSPERIMEN
Pengaruh Film Kekerasan Terhadap Kecemasan Individu
Oleh
:
M. Priharsanta (F 100 070 128)
M. Iqbal Muttaqien (F 100 080 049)
Windy Ayu Saputri (F 100 080 121)
Nurharwanti (F 100 080 123)
Anton
Tri Setiwan (F 100 080 130)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
A.
Judul
:
Pengaruh Film Kekerasan Terhadap Kecemasan Individu
B.
Latar
Belakang :
Film
merupakan aktualisasi perkembangan kehidupan masyarakat pada masanya. Dari
zaman ke zaman film mengalami perkembangan, baik dari teknologi yang digunakan
maupun tema yang diangkat. Bagaimanapun, film telah merekam sejumlah
unsur-unsur budaya yang melatar belakanginya. Termasuk pemakaian bahasa yang
tampak pada dialog antar tokoh dalam film.
Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang sudah
sangat dikenal. Dengan caranya sendiri, film memiliki kemampuan untuk mengantar
pesan secara unik; dapat juga dipakai sebagai sarana pameran bagi media lain
dan juga sebagai sumber budaya yang berkaitan erat dengan buku, film kartun,
bintang televisi, film seri, serta lagu (McQuail, 1987 : 14).
Dalam perkembangan media komunikasi masa sekarang ini, film
menjadi salah satu media yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan. Film
berperan sebagai sarana modern yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang
sudah menjadi kebiasaan dan diakrabi oleh khalayak umum. Di samping itu film
juga menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian lainnya
kepada masyarakat umum.
Film sebagai salah satu jenis media massa yang
menjadi saluran berbagai macam gagasan, konsep, serta dapat memunculkan dampak
dari penayangannya. Ketika seseorang melihat sebuah film, maka pesan yang
disampaikan oleh film tersebut secara tidak langsung akan berperan dalam
pembentukan persepsi seseorang terhadap maksud pesan dalam film. Seorang
pembuat film merepresentasikan ide-ide yang kemudian dikonversikan dalam sistem
tanda dan lambang untuk mencapai efek yang diharapkan.
Salah satu gambaran dari realitas yang berlaku
ditengah masyarakat salah satunya adalah kekerasan. Gambaran dari realitas ini
tercermin jelas dalam film-film yang tengah beredar di masyarakat. Bisa di
bilang hampir semua film mengandung unsur kekerasan, bahkan film katun pun
syarat dengan adegan kekerasan.
Muatan-muatan yang seharusnya tidak
diperbolehkan untuk dimasukkan dalam sebuah film sudah diatur jelas dalam
Undang-Undang Perfilman maupun peraturan yang dibuat KPI (Komisi Penyiaran
Indonesia). Tetapi peraturan tersebut tidak menjadikan beberapa pembuat film
untuk melakukan tanggung jawab tersebut. Pelanggaran-pelanggaran kekerasan ini
ditampilkan tidak hanya berupa bentuk non-verbal tetapi juga dari sisi verbal
dalam sebuah film. Kekerasan merujuk pada tindakan agresi dan pelanggaran
(penyiksaan, pemerkosaan, pemukulan, dll.) yang menyebabkan atau dimaksudkan
untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, dan hingga batas
tertentu - kepada binatang dan harta-benda. Istilah "kekerasan" juga
berkonotasi kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak (http://id.wiki.detik.com/wiki/Tindakan_kekerasan).
Sedangkan reaksi emosional/cemas
terhadap situasi yang menekan merupakan bagian dari pengalaman manusia
sehari-hari. Kecemasan memiliki tingkatan tertentu yaitu kecemasan yang wajar
atau tidak. Kecemasan yang wajar tidak akan mengganggu kehidupan manusia
sehari-hari, dan akan mendorong individu untuk lebih berhati-hati dalam
menghadapi situasi yang mengancam (Barstein, 1994). Kecemasan dapat timbul
ketika individu menghadapi pengalaman-pengalaman baru seperti masuk sekolah, memulai
pekerjaan baru atau melahirkan bayi (Stuart & Sundeen, 1993).
Kecemasan juga merupakan sesuatu yang diperoleh dari belajar. Hal
ini ditunjukkan dengan kesukaran berfikir jernih dan bertindak secara efektif
terhadap tuntutan lingkungan (Mischel, 1991). Individu akan belajar dari
pengalaman kegagalan memenuhi tuntutan lingkungan yang mengancam. Individu yang
merasa terancam akan menimbulkan kecemasan. Kecemasan sebagai sesuatu emosi
yang muncul dari pengalaman subyektif individu biasanya tidak dapat dikenali
secara nyata. Hal ini berdasarkan pernyataan bahwa ”Emosi yang tidak disertai
dengan obyek yang spesifik biasanya dibangkitkan oleh sesuatu yang tidak
dikenal.”(Stuart & Sundeen, 1993).
Kecemasan
merupakan perasaan subyektif yang dialami oleh individu. Hal ini disebabkan
oleh situasi-situasi yang mengancam sehingga menyebabkan ketidakberdayaan
individu (Freud, 1954). Kecemasan pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai
bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Kecemasan merupakan
suatu penyerta normal dari pertumbuhan, perubahan, pengalaman sesuatu yang baru
dan belum dicoba serta penemuan identitas diri dan juga menemukan arti hidup.
(Kaplan, dkk, 1996). Whitehead, (1985) juga mengemukakan kecemasan sebagai
pengalaman individu yang timbul karena menghadapi konflik, ketegangan, ancaman
kegagalan, maupun perasaan tidak aman. Individu yang mengetahui penyebab sumber
kecemasannya merupakan suatu pertanda bahwa kecemasan tersebut adalah suatu
emosi yang wajar.
Berdasarkan
uraian diatas, maka dapat diperoleh suatu rumusan masalah ”Apakah ada pengaruh
film kekerasan terhadap kecemasan individu?”
C.
Tujuan
Penelitian
eksperimen ini bertujuan untuk Mengetahui pengaruh film kekerasan terhadap
kecemasan individu.
D.
Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian antara lain :
1.
Manfaat
teoritis
bagi bidang ilmu psikologi dan penelitian selanjutnya
sebagai referensi khususnya di dalam ilmu psikologi
2. Manfaat praktis
bagi
peneliti, menambah pengetahuan mengenai penelitian eksperimen tentang pengaruh
film kekerasan terhadap kecemasan individu.
bagi
masyarakat, memberi pengetahuan atau informasi mengenai pengaruh film kekerasan
tehadap kecemasan individu.
E.
Kerangka
Berfikir
Film yang bertema kekerasan adalah salah satu film yang
bermasalah karena dalam penayangannya melanggar ketentuan yang diatur dalam
Pasal 26 Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 03/P/KPI/12/2009 tentang
standar program siaran, dalam pasal tersebut memuat ketentuan bahwa Program siaran
dilarang membenarkan kekerasan dan sadisme sebagai hal yang lumrah dalam
kehidupan sehari-hari. Adegan yang melanggar diantaranya adalah menampilkan
secara detil (big close up, medium close up, extreme close up) korban
yang berdarah-darah, menampilkan adegan penyiksaan secara close up dengan
atau tanpa alat (pentungan/pemukul, setrum, benda tajam) secara nyata.
Dan pada pasal 27 yang memuat tentang pelarangan kata-kata
kasar dan makian baik diungkapkan secara verbal maupun non-verbal yang
mempunyai kecenderungan menghina/merendahkan martabat manusia, memiliki makna
jorok/mesum/cabul/vulgar, serta menghina agama dan Tuhan. Dan di dalam nya di
jabarkan dengan jelas kategori kata-kata yang mempunyai kecenderungan
menghina/merendahkan martabat manusia mulai dari kata-kata kasar ataupun
umpatan, kata-kata yang bermakna kelamin laki atau kelamin perempuan, kata-
kata yang bermakna hubungan seks/persetubuhan; dan/atau, kata-kata yang
bermakna kotoran manusia atau hewan dan serta disebutkan dalam Pasal 6f Undang-Undang
Nomor 33 tahun 2009 tentang perfilman juga disebutkan bahwa Film yang menjadi
unsur pokok kegiatan perfilman dan usaha perfilman dilarang mengandung isi yang
merendahkan harkat dan martabat manusia.
Pengertian Kecemasan, Kecemasan
atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus”
yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik. Menurut
Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego
untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya
sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi
sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada
kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya
itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.
Taylor (1995) mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu
pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai
reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman.
Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala
fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan
lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak
dapat berkonsentrasi, dan sebagainya). Perbedaan intensitas kecemasan
tergantung pada keseriusan ancaman dan efekivitas dari operasi-operasi keamanan
yang dimiliki seseorang. Mulai munculnya perasaan-perasaan tertekan, tidak
berdaya akan muncul apabila orang tidak siap menghadapi ancaman.
Konsep kecemasan memegang peranan yang sangat mendasar dalam
teori-teori tentang stres dan penyesuaian diri (Lazarus, 1961). Menurut Post
(1978), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang
ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan,
kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat. Freud
(dalam Arndt, 1974) menggambarkan dan mendefinisikan kecemasan sebagai suatu
perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu
seperti perubahan detak jantung dan pernafasan. Menurut Freud, kecemasan
melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi
fisiologis, dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atas situasi yang dianggap
berbahaya.
Lefrancois (1980) juga menyatakan bahwa
kecemasan merupakan reaksi emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan
ketakutan. Hanya saja, menurut Lefrancois, pada kecemasan bahaya bersifat
kabur, misalnya ada ancaman, adanya hambatan terhadap keinginan pribadi, adanya
perasaan-perasaan tertekan yang muncul dalam kesadaran. Tidak jauh berbeda
dengan pendapat Lefrancois adalah pendapat Johnston yang dikemukakan oleh
(1971) yang menyatakan bahwa kecemasan dapat terjadi karena kekecewaan,
ketidakpuasan, perasaan tidak aman atau adanya permusuhan dengan orang lain.
Kartono (1981) juga mengungkapkan bahwa neurosa kecemasan ialah kondisi
psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis, sungguhpun tidak ada
rangsangan yang spesifik. Menurut Wignyosoebroto (1981), ada perbedaan mendasar
antara kecemasan dan ketakutan. Pada ketakutan, apa yang menjadi sumber
penyebabnya selalu dapat ditunjuk secara nyata, sedangkan pada kecemasan sumber
penyebabnya tidak dapat ditunjuk dengan tegas, jelas dan tepat.
Selanjutnya, Jersild (1963) menyatakan bahwa ada dua tingkatan
kecemasan. Pertama, kecemasan normal, yaitu pada saat individu masih menyadari
konflik-konflik dalam diri yang menyebabkan cemas. Kedua, kecemasan neurotik,
ketika individu tidak menyadari adanya konflik dan tidak mengetahui penyebab
cemas, kecemasan kemudian dapat menjadi bentuk pertahanan diri.
Menurut Bucklew (1980), para ahli membagi bentuk kecemasan itu
dalam dua tingkat, yaitu:
1) Tingkat psikologis. Kecemasan yang berwujud sebagai
gejala-gejala kejiwaan, seperti tegang, bingung, khawatir, sukar
berkonsentrasi, perasaan tidak menentu dan sebagainya.
2) Tingkat fisiologis. Kecemasan yang sudah mempengaruhi atau
terwujud pada gejala-gejala fisik, terutama pada fungsi sistem syaraf, misalnya
tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya.
Simtom-simtom somatis yang dapat menunjukkan ciri-ciri kecemasan
menurut Stern (1964) adalah muntah-muntah, diare, denyut jantung yang bertambah
keras, seringkali buang air, nafas sesak disertai tremor pada otot. Kartono
(1981) menyebutkan bahwa kecemasan ditandai dengan emosi yang tidak stabil,
sangat mudah tersinggung dan marah, sering dalam keadaan excited atau
gempar gelisah.
Sue, dkk (dalam Kartikasari, 1995) menyebutkan bahwa manifestasi
kecemasan terwujud dalam empat hal berikut ini.
1) Manifestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang,
seringkali memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi.
2) Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan
tidak menentu seperti gemetar.
3) Perubahan somatik, muncul dalam keadaaan mulut kering, tangan
dan kaki dingin, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan
darah dan lain-lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukkan peningkatan
detak jantung, respirasi, ketegangan otot dan tekanan darah.
4) Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang
yang berlebihan.
F.
Hipotesis
Ada pengaruh film kekerasan
terhadap peningkatan kecemasan individu.
G.
Variabel
Dalam penelitian eksperimen
yang kami lakukan maka dapat diketahui :
Variabel bebas adalah film kekerasan
variabel tergantung adalah kecemasan individu.
H.
Definisi Operasional
film
kekerasan
Program
siaran yang membenarkan kekerasan dan sadisme sebagai hal yang lumrah dalam
kehidupan sehari-hari. Adegan yang melanggar diantaranya adalah menampilkan
secara detil (big close up, medium close up, extreme close up) korban
yang berdarah-darah, menampilkan adegan penyiksaan secara close up dengan
atau tanpa alat (pentungan/pemukul, setrum, benda tajam) secara nyata, pada
eksperimen yang dilakukan subjek diminta untuk menonton potongan dari film yang
berjudul “crows zero 2 “ selama ± 18 menit menggunakan lcd yang sebelumnya
tersambung dengan laptop didalam ruang yang mana didalam film tersebut diperlihat
adegan perkelahian dan tawuran.
Kecemasan
Dalam
tes eksperimen yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kecemasan subjek adalah
dengan cara subjek diminta untuk mengisi angket tentang kecemasan sebelum
diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan kemudian akan ditemukan hasil
dari kedua angket tersebut.
I.
Subjek Penelitian
Pada eksperimen yang
dilakukan menggunakan 20 subjek yang berjenis kelamin laki – laki dan perempuan
berasal dari non psikologi yang berusia antara 18 – 25 tahun karena pada usia
tersebut fungsi kognitif dan emosi
dianggap sudah matang. pemilihan subjek dilakukan dengan cara random
J.
Alat Ukur
Pada pelaksanaan penelitian psikologi eksperimen ini menggunakan
alat ukur berupa angket.
Pada angket tersebut terdiri dari :
-
10 soal yang tentang
kecemasan
-
5 soal favourable dan 5 soal
unfavourable.
-
Terdri dari 4 jawaban SS
(sangat setuju),S (setuju),TS (tidak setuju),STS (sangat tidak setuju)
Alat
tambahan lainnya berupa pena yang digunakan untuk mengisi angket yang telah
diberikan.
K.
Prosedur Penelitian
L.
Perlakuan
(PAKE FILM CROWS ZERO 2)
M.
Rancangan
(PAKE PRETEST POSTEST)
N.
Hasil
Pada eksperimen yang dilakukan dapat diketahui hasil
sebagai berikut :
1. Hasil
angket pre test
Subjek 1
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
6
|
6
|
0
|
12
|
unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
0
|
15
|
0
|
15
|
∑
=27
Subjek 2
favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
3
|
6
|
1
|
10
|
unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
8
|
3
|
0
|
11
|
∑
=21
Subjek 3
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
12
|
2
|
0
|
14
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
6
|
6
|
0
|
12
|
∑
=12
Subjek 4
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
3
|
6
|
1
|
10
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
1
|
2
|
6
|
4
|
13
|
∑
=23
Subjek 5
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
12
|
2
|
0
|
14
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
2
|
12
|
0
|
14
|
∑
= 14
Subjek 6
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
0
|
10
|
0
|
10
|
unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
1
|
8
|
0
|
0
|
9
|
∑
= 19
Subjek 7
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
3
|
2
|
3
|
8
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
1
|
6
|
0
|
4
|
11
|
∑
= 19
Subjek 8
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
12
|
3
|
0
|
1
|
16
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
0
|
9
|
8
|
17
|
∑
= 33
Subjek 9
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
6
|
6
|
0
|
12
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
4
|
9
|
0
|
13
|
∑
= 25
Subjek 10
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
8
|
6
|
2
|
0
|
16
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
1
|
0
|
9
|
4
|
14
|
∑
=30
Subjek 11
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
6
|
6
|
0
|
12
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
|
0
|
4
|
9
|
0
|
13
|
∑
=25
Subjek 12
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
9
|
4
|
0
|
13
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
1
|
2
|
9
|
0
|
12
|
∑
=25
Subjek 13
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
9
|
4
|
0
|
13
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
2
|
12
|
0
|
13
|
∑
=26
Subjek 14
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
6
|
6
|
0
|
12
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
10
|
0
|
0
|
10
|
∑
=22
Subjek 15
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
6
|
6
|
0
|
12
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
4
|
9
|
0
|
13
|
∑
=25
Subjek 16
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
6
|
2
|
1
|
9
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
2
|
3
|
12
|
17
|
∑
= 26
Subjek 17
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
9
|
4
|
0
|
13
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
4
|
9
|
0
|
13
|
∑
= 26
Subjek 18
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
3
|
6
|
1
|
10
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
6
|
3
|
4
|
13
|
∑
=23
Subjek 19
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
6
|
4
|
0
|
10
|
unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
8
|
3
|
0
|
11
|
∑
=21
Subjek 20
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
4
|
9
|
0
|
1
|
14
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
2
|
2
|
3
|
4
|
11
|
∑
=25
2. Hasil
angket post test
Subjek 1
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
6
|
6
|
0
|
12
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
0
|
15
|
0
|
15
|
∑
=27
Subjek 2
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
0
|
4
|
3
|
7
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
4
|
2
|
0
|
0
|
6
|
∑
=13
Subjek 3
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
15
|
0
|
0
|
15
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
4
|
9
|
0
|
13
|
∑
=28
Subjek 4
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
4
|
6
|
0
|
10
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
1
|
2
|
6
|
4
|
13
|
∑
=23
Subjek 5
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
12
|
3
|
2
|
0
|
17
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
1
|
0
|
3
|
12
|
16
|
∑
=33
Subjek 6
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
9
|
4
|
0
|
13
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
1
|
6
|
3
|
0
|
10
|
∑
= 23
Subjek 7
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
6
|
6
|
0
|
12
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
2
|
12
|
0
|
14
|
∑
= 28
Subjek 8
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
8
|
6
|
2
|
0
|
16
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
0
|
6
|
12
|
18
|
∑
=34
Subjek 9
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
6
|
6
|
0
|
12
|
unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
2
|
12
|
0
|
14
|
∑
=26
Subjek 10
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
9
|
4
|
0
|
13
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
0
|
6
|
12
|
18
|
∑
=31
Subjek 11
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
9
|
4
|
0
|
13
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
2
|
12
|
0
|
14
|
∑
=27
Subjek 12
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
6
|
6
|
0
|
12
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
4
|
9
|
0
|
13
|
∑
=25
Subjek 13
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
12
|
2
|
0
|
14
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
0
|
15
|
0
|
15
|
∑
=29
Subjek 14
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
6
|
6
|
0
|
12
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
6
|
6
|
0
|
12
|
∑
=24
Subjek 15
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
4
|
3
|
6
|
0
|
13
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
2
|
12
|
0
|
14
|
∑
=27
Subjek 16
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
6
|
4
|
1
|
11
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
0
|
12
|
4
|
16
|
∑
=27
Subjek 17
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
6
|
4
|
0
|
10
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
2
|
12
|
0
|
14
|
∑
= 24
Subjek 18
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
6
|
6
|
0
|
12
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
2
|
12
|
0
|
14
|
∑ =26
Subjek 19
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
9
|
4
|
0
|
13
|
unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
0
|
4
|
9
|
0
|
13
|
∑
=26
Subjek 20
Favourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
16
|
0
|
0
|
1
|
17
|
Unfavourable
Skala
|
Ss
|
S
|
Ts
|
Sts
|
jumlah
|
Nilai
|
1
|
0
|
0
|
16
|
17
|
∑
=34
O.
Analisis
No
|
Xa
|
Xb
|
Beda
|
Tanda jenjang
|
||
Xb- Xa
|
Jenjang
|
+
|
-
|
|||
1
|
27
|
27
|
0
|
2
|
2
|
0
|
2
|
21
|
13
|
-8
|
15
|
0
|
15
|
3
|
12
|
28
|
16
|
19
|
19
|
0
|
4
|
23
|
23
|
0
|
2
|
2
|
0
|
5
|
14
|
33
|
19
|
20
|
20
|
0
|
6
|
19
|
23
|
4
|
13
|
13
|
0
|
7
|
19
|
28
|
9
|
16,5
|
16,5
|
0
|
8
|
23
|
34
|
11
|
18
|
18
|
0
|
9
|
25
|
26
|
1
|
5
|
5
|
0
|
10
|
30
|
31
|
1
|
5
|
5
|
0
|
11
|
25
|
27
|
2
|
8,5
|
8,5
|
0
|
12
|
25
|
25
|
0
|
2
|
2
|
0
|
13
|
26
|
29
|
3
|
11,5
|
11,5
|
0
|
14
|
22
|
24
|
2
|
8,5
|
8,5
|
0
|
15
|
25
|
27
|
2
|
8,5
|
8,5
|
0
|
16
|
26
|
27
|
1
|
5
|
5
|
0
|
17
|
26
|
24
|
-2
|
8,5
|
0
|
8,5
|
18
|
23
|
26
|
3
|
11,5
|
11,5
|
0
|
19
|
21
|
26
|
5
|
14
|
14
|
0
|
20
|
25
|
34
|
9
|
16,5
|
16,5
|
0
|
|
186,5
|
23,5
|
Jenjang
No
|
Beda
|
Jenjang
|
1
|
0
|
2
|
2
|
0
|
2
|
3
|
0
|
2
|
4
|
1
|
5
|
5
|
1
|
5
|
6
|
1
|
5
|
7
|
2
|
8.5
|
8
|
2
|
8.5
|
9
|
2
|
8.5
|
10
|
2
|
8.5
|
11
|
3
|
11.5
|
12
|
3
|
11.5
|
13
|
4
|
13
|
14
|
5
|
14
|
15
|
8
|
15
|
16
|
9
|
16.5
|
17
|
9
|
16.5
|
18
|
11
|
18
|
19
|
16
|
19
|
20
|
19
|
20
|
Setelah dibandingkan
dengan U table maka, U hitung terkecil lebih kecil dari pada U tabel maka (
23,5 < 52) jadi Ha ditolak sehingga diketahui bahwa tidak ada pengaruh
antara film kekerasan terhadap peningkatan kecemasan individu.
P.
Pembahasan
(DIKATKAN DENGAN
TEORI)
Q.
Kesimpulan
(DIKAITKAN DENGAN
TUJUAN)
0 komentar:
Posting Komentar